Sabtu, 14 Desember 2013

Jihad Kaum Wanita

Habib Abu Bakar Aththas bin Abdullah Al-Habsyi menyebutkan di dalam kitabnya beberapa hal berkenaan dengan kaum wanita. Berikut kutipannya agar kita semua mendapat manfaatnya.
Suatu hari, seorang wanita bernama Liyna mendatangi baginda Rasulullah SAW dan berkata, “Ya Rasulullah, aku adalah utusan dari kaum wanita kepadamu. Aku yakin tiada seorang wanita pun hingga hari kiamat yang mendengar ucapanku ini melainkan pasti merestui dan bergembira dengan ucapanku.
          Sesungguhnya Allah adalah Tuhan bagi kaum pria dan kaum wanita, Nabi Adam AS adalah bapak bagi kaum pria dan kaum wanita. Siti Hawa adalah ibu bagi kaum pria dan kaum wanita. Kemudian Allah telah mewajibkan jihad atas para pria. Bila gugur dan syahid, mereka tetap hidup di sisi Allah. Mereka wafat dengan pahala yang telah disiapkan di sisi Allah. Adapun kami, kaum wanita, hanya bisa merawat yang sakit atau mengobati yang terluka di medan perang. Maka bagaimana kami dapat meraih pahala jihad?”
          Rasulullah SAW menjawab, “Wahai utusan para kaum wanita, sampaikan kepada seluruk wanita yang engkau jumpai bahwa ketaatan kepada suami serta menyadari akan hak-hak suami, pahalanya menyerupai pahala jihad secara keseluruhan.” (HR Ibn Abbas RA).
          Rasulullah SAW bersabda, “Seorang wanita yang tengah mengandung, kemudian bersalin hingga diputus tali pusarnya, pahalanya bagaikan orang yang sedang berjihad di jalan Allah. Bila ia wafat karena itu, ia wafat sebagai orang yang mati syahid.” Dalam riwayat lainnya, beliau bersabda, “ Seorang wanita ketika mengandung mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa, bertahajjud, beribadah, serta berjihad di jalan Allah. Ketika pecah air ketubannya, tiada satu makhluk pun yang mengetahui betapa besarnya pahala yang diberikan Allah kepadanya. Setelah melahirkan, pada setiap satu sedotan air susu, pahalanya bagaikan pahala menghidupi satu jiwa. Bila bayi tersebut sudah disapih dan tidak disusui lagi, malaikat pun menepuk pundak wanita tersebut sambil berkata, ‘ayo lakukan kembali amalan seperti semula’.”
          Diriwayatkan pula bahwa seorang pria berkata kepada Nabi Muhammad SAW, “Ya Rasulullah, aku memilik seorang istri yang selalu berkata, ‘Selamat datang, duhai pemimpinku dan pemimpin para penghuni rumah ini’. Blia aku bersedih, ia menghiburku dengan berkata, ‘Apa yang dapat membuatmu bersedih dari urusan duniawi apabila engkau telah dicukupi perkara akhiratmu?’.”
          Maka Rasulullah mengatakan, “Sampaikan kepadanya bahwa ia adalah salah seorang dari pekerja-pekerja yang bekerja untuk Allah, baginya pahala seperti setengah pahala orang yang berjihad.”
          Pelajaran yang dapat kita petik dari uraian di atas adalah, pertama, cahaya Islam yang ada dalam jiwa para wanita muslimah mengarahkan mereka kepada pemikiran emansipasi yang benar. Semangat bersaing para wanita adalah dalam hal pahala seperti jihad, kehadiran bersama Rasulullah dalam shalat Jum’at dan berjama’ah, memperbanyak haji dan umrah, serta pengorbanan dalam mati syahid. Persaingan sehat antara wanita adalah dalam mengejar oahala dan meraih akhirat, bukan dalam mengejar harta dan pangkat, apalagi buka-bukaan aurat.
          Kedua, banyak hal yang menjadi keistemewaan kaum pria yang tidak dapat dilakukan oleh kaum wanita. Begitu pula banyak hal yang menjadi keistemewaan kaum wanita yang tidak dimiliki dan tidak dapat dilakukan oleh kaum pria. Namun karunia Allah teramat luas. Banyak jalan untuk sampai kepada keridlaan Allah SWT sebanyak tarikan napas seluruh makhluk. Kehebatan seseorang tidak dilihat dari kadar dunia yang dimilikinya, tapi dari kadar ketaqwaannya.
          Ketiga, sedikit dari kalimat yang baik memiliki pahala besar di sisi Allah.
          Keempat, banyak hal yang dianggap remeh tapi mengandung pahala yang amat besar. Itulah karunia Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Namun kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya jeli dalam hal-hal yang berkaitan dengan perkara dunia, tapi dalam perkara akhirat mereka lalai.


Diposting oleh: Bintu Thoha