Habib Abu Bakar Aththas bin Abdullah
Al-Habsyi menyebutkan di dalam kitabnya beberapa hal berkenaan dengan kaum
wanita. Berikut kutipannya agar kita semua mendapat manfaatnya.
Suatu hari, seorang wanita bernama
Liyna mendatangi baginda Rasulullah SAW dan berkata, “Ya Rasulullah, aku adalah
utusan dari kaum wanita kepadamu. Aku yakin tiada seorang wanita pun hingga
hari kiamat yang mendengar ucapanku ini melainkan pasti merestui dan bergembira
dengan ucapanku.
Sesungguhnya
Allah adalah Tuhan bagi kaum pria dan kaum wanita, Nabi Adam AS adalah bapak
bagi kaum pria dan kaum wanita. Siti Hawa adalah ibu bagi kaum pria dan kaum
wanita. Kemudian Allah telah mewajibkan jihad atas para pria. Bila gugur dan
syahid, mereka tetap hidup di sisi Allah. Mereka wafat dengan pahala yang telah
disiapkan di sisi Allah. Adapun kami, kaum wanita, hanya bisa merawat yang
sakit atau mengobati yang terluka di medan perang. Maka bagaimana kami dapat
meraih pahala jihad?”
Rasulullah
SAW menjawab, “Wahai utusan para kaum wanita, sampaikan kepada seluruk wanita
yang engkau jumpai bahwa ketaatan kepada suami serta menyadari akan hak-hak
suami, pahalanya menyerupai pahala jihad secara keseluruhan.” (HR Ibn Abbas RA).
Rasulullah
SAW bersabda, “Seorang wanita yang tengah mengandung, kemudian bersalin hingga
diputus tali pusarnya, pahalanya bagaikan orang yang sedang berjihad di jalan
Allah. Bila ia wafat karena itu, ia wafat sebagai orang yang mati syahid.” Dalam
riwayat lainnya, beliau bersabda, “ Seorang wanita ketika mengandung
mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa, bertahajjud, beribadah,
serta berjihad di jalan Allah. Ketika pecah air ketubannya, tiada satu makhluk
pun yang mengetahui betapa besarnya pahala yang diberikan Allah kepadanya. Setelah
melahirkan, pada setiap satu sedotan air susu, pahalanya bagaikan pahala
menghidupi satu jiwa. Bila bayi tersebut sudah disapih dan tidak disusui lagi,
malaikat pun menepuk pundak wanita tersebut sambil berkata, ‘ayo lakukan kembali
amalan seperti semula’.”
Diriwayatkan
pula bahwa seorang pria berkata kepada Nabi Muhammad SAW, “Ya Rasulullah, aku
memilik seorang istri yang selalu berkata, ‘Selamat datang, duhai pemimpinku
dan pemimpin para penghuni rumah ini’. Blia aku bersedih, ia menghiburku dengan
berkata, ‘Apa yang dapat membuatmu bersedih dari urusan duniawi apabila engkau
telah dicukupi perkara akhiratmu?’.”
Maka Rasulullah
mengatakan, “Sampaikan kepadanya bahwa ia adalah salah seorang dari
pekerja-pekerja yang bekerja untuk Allah, baginya pahala seperti setengah
pahala orang yang berjihad.”
Pelajaran yang
dapat kita petik dari uraian di atas adalah, pertama, cahaya Islam yang
ada dalam jiwa para wanita muslimah mengarahkan mereka kepada pemikiran
emansipasi yang benar. Semangat bersaing para wanita adalah dalam hal pahala
seperti jihad, kehadiran bersama Rasulullah dalam shalat Jum’at dan berjama’ah,
memperbanyak haji dan umrah, serta pengorbanan dalam mati syahid. Persaingan sehat
antara wanita adalah dalam mengejar oahala dan meraih akhirat, bukan dalam
mengejar harta dan pangkat, apalagi buka-bukaan aurat.
Kedua, banyak
hal yang menjadi keistemewaan kaum pria yang tidak dapat dilakukan oleh kaum wanita.
Begitu pula banyak hal yang menjadi keistemewaan kaum wanita yang tidak
dimiliki dan tidak dapat dilakukan oleh kaum pria. Namun karunia Allah teramat
luas. Banyak jalan untuk sampai kepada keridlaan Allah SWT sebanyak tarikan
napas seluruh makhluk. Kehebatan seseorang tidak dilihat dari kadar dunia yang
dimilikinya, tapi dari kadar ketaqwaannya.
Ketiga,
sedikit dari kalimat yang baik memiliki pahala besar di sisi Allah.
Keempat,
banyak hal yang dianggap remeh tapi mengandung pahala yang amat besar. Itulah
karunia Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Namun kebanyakan manusia tidak
mengetahui. Mereka hanya jeli dalam hal-hal yang berkaitan dengan perkara dunia,
tapi dalam perkara akhirat mereka lalai.
Diposting oleh: Bintu Thoha